Selasa, 11 Juni 2013

Opini



Tidak Gampang Jadi Caleg

Oleh      : Imral Gusti, Sekjen Barisan Anak Bangsa (BAB)

     Beberapa hari belakangan ini, perbincangan soal "calon legislatif" atau "caleg" kerap kali muncul menjadi bahan diskusi yang menarik. Media massa pun tampak tak mau ketinggalan. Masing-masing partai politik tampak berupaya untuk menjaring caleg-caleg nya. Tak terelakan hampir setiap partai politik akan "menjual" nama-nama tokoh sebagai salah satu usaha guna merebut simpati masyarakat. Muncul nya nama Politisi dan pengurus partai yang akan menjadi Caleg Partai yang akan memperkuat partainya masing-masing, tentu saja semakin menghangatkan suasana. Belum lagi adanya legislator yang menggunakan gerbong partainya guna merebut posisi Wakil Rakyat nya itu. Begitu pula dengan kader rekrutan partai politik yang siap berlaga dalam pemilihan umum legislatif 2014 mendatang.
    Proses dan mekanisme pencalegan saat ini, tampak lebih terbuka dan memberi peluang ke setiap anak bangsa untuk mengikuti nya. Hal ini sangat berbeda dengan masa lalu, dimana urusan pencalegan ini seolah-olah kuasa nya partai politik. Beberapa partai politik, malah sengaja membuat "penawaran" khusus ke orang-orang yang bukan kader mau pun anggota partai. Akibat nya wajar, jika di beberapa daerah kita saksikan semarak nya para pelamar yang mengadu nasib untuk menjadi anggota DPR dan DPRD. Proses pencalegan ini tak ubah nya sebuah bursa tenaga kerja yang diharapkan dapat memberi "lapangan pekerjaan" bagi sekian orang yang hingga kini masih belum bermata-pencaharian. Ada sekitar 300 orang diduga bakal mengadu nasib guna memperebutkan kursi Wakil Rakyat dalam Pemilihan Umum Legislatif mendatang.
      Bagi sebagian warga bangsa, menjadi anggota DPR dan DPRD adalah "lapangan kerja" yang menjanjikan. Selain sebutan "yang terhormat" melekat dalam jabatan nya, ternyata dari sisi penampilan keseharian nya pun yang nama nya anggota DPR mau pun DPRD, terlihat cukup hebat dan membuat orang tertarik untuk menggapai nya. Sebut saja gaji seorang anggota DPR, yang kalau dijumlahkan seluruh nya terbilang menggiurkan per bulan. Belum lagi mereka itu mendapat tunjangan Pejabat Negara. Kalau pun akhir nya banyak orang yang berminat untuk jadi anggota DPR mau pun DPRD, dapat dipastikan mereka itu lebih tergiur dengan hal-hal yang bersifat kasat mata, pragmatis dan fisik, ketimbang dilandasi oleh idealisme selaku Wakil Rakyat.
     Namun begitu, penting dicatat, sekali pun pintu masuk ke gedung parlemen telah dibuka lebar-lebar dan memberi kesempatan yang sama terhadap setiap anak bangsa guna meraih nya, ternyata dalam pelaksanaan nya tidaklah segampang yang dibayangkan. Perjalanan dari Calon Legislator menjadi Legislator sendiri, terbukti banyak luka-liku dan tantangan nya. Tiket menuju ke Gedung DPR atau DPRD, tempat ngantornya  para legislator, tentu tidak cukup hanya dengan mendaftar di partai politik peserta Pemilihan Umum Legislatif, tapi masih banyak lagi persyaratan-persyaratan yang harus disiapkan. Salah satu nya adalah kemampuan financial sang caleg guna mengikuti proses selanjutnya. Menghadapi masa sosialisasi dan kampanye, seorang caleg, pasti harus mampu mengenalkan diri kepada para konsituen nya. Minimal, untuk "menawarkan" diri agar dikenali, sang caleg perlu memasang baligo, spanduk, poster dan alat-alat kampanye lain nya. Belum lagi anggaran untuk tatap muka dan silaturahmi dengan warga masyarakat. Semua nya ini, jelas butuh dukungan logistik yang tidak sedikit.
     Dihadapkan pada kondisi yang demikian, jelas terungkap, bagi seseorang yang tidak didukung oleh "modal politik" yang kuat, rasa nya mereka akan "babak belur" dalam menghadapi proses Pileg 2014 nanti. Dalam konteks kekinian, hasrat untuk menjadi Wakil Rakyat, ternyata tidak cukup hanya dengan semangat semata, namun juga sangat dibutuhkan ada nya dukungan anggaran yang memadai. Akibat nya, wajar bila kemudian banyak pihak yang menolak untuk jadi caleg. Hanya, orang-orang tertentu yang secara terbuka menolak jadi Caleg, tentu bukan dikarenakan oleh hal-hal yang dikemukakan diatas, tapi ada hal-hal lain yang lebih esensial dan fundamental secara politik. Tidak salah, jika kita pun memberi acungan jempol kepada anak bangsa yang menolak jadi caleg.

Salam Anak Bangsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar